Ponorogo - Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jatim bergerak cepat dengan
memasang jembatan darurat (bailley) di samping jembatan rangka baja di
jalur Ponorogo-Pacitan yang runtuh diterjang banjir bandang yang
melintasi sungai setempat, Sabtu (6/4) lalu.
"Kami usahakan bisa
selesai dalam rentang waktu 20 atau 30 hari dari sekarang, ini
pengerjaannya sedang dikebut. Lebih cepat (selesai) lebih baik," kata
Kepala UPTD Dinas PU Bina Marga Jatim di Madiun, Bambang Effianto,
kemarin.
Jembatan darurat tersebut dibuat dari rangka besi dan
kayu, panjangnya sekitar 70 meter dan direncanakan berdiri di sebelah
selatan jembatan yang putus saat ini. Sejumlah material pendukung juga
telah didatangkan seperti batu, kayu, besi dan tanah urug.
"Sumber
dananya dari dana darurat bencana, tapi nilainya berapa belum kami
hitung secara terperinci karena menyesuaikan keadaan dan kebutuhan
lapangan," ujarnya.
Terkait pembangunan kembali Jembatan Plapar
di Desa Caluk, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo tersebut, pihak
Dinas PU Provinsi Jatim memastikan paling lambat akan dimulai tahun
2014. "Karena hanya bisa dianggarkan dalam APBD 2014, sehingga harus
diusulkan terlebih dahulu di RAPB, dan setelah disetujui baru
ditenderkan," terang Dahlan.
Secara teknis, lanjutnya, pengerjaan jembatan baru diperkirakan selesai dalam waktu enam hingga delapan bulan.
Jembatan
baru tersebut rencananya akan menggunakan kostruksi beton dan bukan
rangka baja seperti yang telah runtuh, dengan panjang mencapai 50-an
meter.
Bentang jembatan direncanakan lebih panjang sekitar tujuh (7) meter serta lebih lebar dibanding jembatan lama yang runtuh.
"Jembatan
baru dibuat lebih panjang agar ujung jembatan supaya bisa berada di
atas tanah yang keras, bukan di atas tanah urug seperti selama ini,"
jelasnya.
Bersamaan dengan pembangunan jembatan tersebut, PU
Jatim juga telah berkoordinasi dengan BBWS Bengawan Solo untuk melakukan
pembangunan pembuatan sejumlah cekdam di kaki-kaki jembatan.
Cekdam
tersebut didesain agar bisa menjadi luncuran air sehingga arus tidak
liar dan energinya tidak besar sehingga tidak menggerus dasar dan badan
sungai.
"Semua desainnya sedang digarap. Dana yang dibutuhkan
sekitar Rp15 miliar sampai Rp20 miliar. Soal mulainya kapan, kami belum
bisa memastikan," kata Dahlan. ant
Di kutip dari : Surabaya Post
Tidak ada komentar :
Posting Komentar