Pagi cerah di temani hangatnya sinar mentari yang mulai muncul dan menandakan segala aktifitas manusia segera di mulai. Di mana mulai dari anak kecil hingga dewasa serta orang tua. Mereka menjalani seperti sedia kala. Seperti halnya di kota dan di desa, mereka melakukan egiatan mereka masing-masing.
Tapi tidak sedikit orang akan mengeluh tentang apa yang mereka kerjakan, mungkin karena mereka belum bersyukur tentang apa yang mereka lakuan sekarang. Yah semua itu selalu kekurangan bagaimana kita melihat dan memahami seitar kita saja.
Kita pasti tahu lah bagaimana perbedaan aktifitas anatara di kota dan desa itu berbeda. Orang kota akan menganggap hidup di desa itu enak, begitu juga sebaliknya apa yang orang desa bilang akan menganggap hidup di kota itu enak. Begitulah kita pasti akan selalu mengkritik apa yang ada di sekeliling kita.
Saya tidak akan bicara panjang lebar, hanya sedikit cuplikan saja apa yang saya tulis di sini. Karena saya terlahir di desa yang kecil dan merantau di kota yang besar ini. Jadi sedikit mungkin saya tahu bagaimana rasa perbedaan yang saya alami di hidup ini. Hidup itu memang sawang-sinawang, itulah kata orang jawa bilang.
Sebagai masyarakat yang hidup di Desa, pasti tidak asing dengan apa yang namanaya sawah. Dan saya yakin kalian juga tahu apa itu sawah. Dan apa yang kalian pikirkan di sawah. Para petani rata-rata hidup didesa mereka membanting tulang untuk hidupnya dengan cara pergi ke sawah mengelola tanah untuk di tanami.
Kalian berikir apa tidak para petani itu kepanasan di sawah yang mereka olah demi menghasilkan beras yang super untuk kebutuhan makan kita semua. Mungkinkah kalian berikir untuk seperti para petani yang menjalani panasnya matahari pagi, atau berifikir sebaliknya untuk takut pada panas. Coba terkadang lihatlah dunia nyata para petani itu sob. Jangan lihat di dunia FTV ya jelas beda jauh lah, itu kan hanya settingan.
Tapi mungkin kita juga harus melihat dari sisi pandang lain. Di desa itu juga enak, pemandangan yang alami, udara yang bersih bebas dari polusi pabrik serta keindahan yang alami. Itu semua mungkin akan kalian dapatkan di Desa. Ya itu pasti, karena di Desa itu pasti masih alami dan natural. Kalian perlu mencoba untuk berlibur ke Desa jika punya waktu luang. Nikmati dan rasakan bawa tubuh kalian hanyut dalam keindahan alam yang natural.
Setelah sedikit saya bercerita tentang bagaimana salah satu aktifitas di desa, kini giliran saya untuk mengulas sedikit aktifitas di Kota. Apa yang pertama kali kalian pikirkan di Kota? Ya, pasti macet. Dan itu memang benar di kota itu macet, macet banget apalagi jika di waktu jam kerja. Kalian akan mengalami pusing yang sangat menjenuhkan.
Tapi kalian juga perlu berfikir bahwa hampir 80% lapangan pekerjaan itu ada di Kota. Kenapa? Karena orang akan membuka lapangan perkerjaan di tempat yang ramai dan strategis. Dengan begitu mereka akan mendapatkan apa yang mereka cari, yaitu pelanngan. Bagi sebagian orang hidup di kota itu menyenangkan, karena mereka menyukai keramaian. Tapi tidak sedikit yang benci dengan keadaan itu, dan mereka memilih untuk di desa.
Saya teringat akan suatu ceramah dari suatu Kyai Ulama yang saya kagumi. Dia pernah berceramah tentang filsaah hidup. Dan saya akan menceritakan sedikit apa yang saya ingat ceramah itu.
Suatu hari sepasang suami istri yang terlihat bahagia sedang berada di sawah mengolah tanamannya. Tapi tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya. "Bu, ayo kita pulang saja." bujuk Pak Tani. "Iyah Pak, hujannya semakin lebat." Mereka berdua akhirnya pulang menuju rumah dengan jalan kaki, karena mereka tidak punya kendaraan. Hujan semakin lebat dan mereka tidak membawa payung. Di ambilan sebotong daun pisang oleh Pak Tani untuk mereka gunakan menompang air hujan yang mengguyur mereka.
Tiba-tiba lewat lah Pak Budi yang membawa sepedanya untuk pulang karena kehujanan. "Pak, ayo bareng saya hujan makin lebat ini, tidak apa-apa kog." tawar Pak Budi. "Makasih Pak Budi, saya jalan kaki saja dengan istri saya." jawab Pak Budi. "Kalau begitu, Saya duluan ya Pak." balas Pak Budi. "Iya Pak, mangga". "Nanti kalau sudah panen kita beli sepeda ya Bu, biar bisa cepat sampai rumah." kata Pak Tani ke Istrinya. "Iya Pak".
Hujan semakin deras, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke rumah. Tiba-tiba lewatah Pak Tono dengan mobi pickupnya. "Pak Tani, ayo ikut saya di beakan kosong kog biar cepat sampai rumah." tawar Pak Tono. "Makasih Pak Tono, saya jaan kaki saja dengan istri saya." jawab Pak Tani dengan nada yang sama. "Beneran Pak, Saya duluan ya kalau begitu." kata Pak Tono. "Mangga Pak".
Pak Tanipun melanjutkan perjalannya yang masih separuh jalan. Tapi tiba-tiba terdengar suara sirine dari belakang. "Bu, kita minggir sebentar Bu, kelihatannya ada orang penting yang akan lewat." ajak Pak Tani. "Iya Pak, ayo kita minggir Pak. Biar mereka lewat dulu." jawab Bu Tani.
Mereka berdua akhirnya menepi sejenak ke tepi jalan memberi jalan kendaraan bersirine itu lewat. Dan akhirnya lewatlah segerombolan mobil dengan pengawal-pengawal yang sangat banyak itu lewat. Apa yang kalian pikirkan? Yang lewat tersebut adalah menteri yang hendak pulang ke kantornya. Pak Tanipun hanya diam dengan tetap berpayungan daun pisang dengan istrinya di tepi jalan.
Apa yang selanjutnya terjadi! Berkataah Pak Menteri yang duduk di dalam mobil dengan pengawalannya. Pak Menteri itu berkata dalam hati, "Sungguh mesra sekali hidup Pak Tani dengan BU Tani itu, sungguh saya iri dengan kemesraan mereka. Dimana hujan lebat seperti ini, tetapi mereka tetap menjalani bersama dengan penuh senyuman"
--- End --
Silakan kalian ambil makna dan inti dari cerita tersebut menurut cara pikir dan pandang kalian. Rasakan dan hayati serta maknai hidup ini untuk selalu bersyukur. Maka kalian akan mendapatkan kebahagian yang sesungguhnya.
Thanks.
Tapi tidak sedikit orang akan mengeluh tentang apa yang mereka kerjakan, mungkin karena mereka belum bersyukur tentang apa yang mereka lakuan sekarang. Yah semua itu selalu kekurangan bagaimana kita melihat dan memahami seitar kita saja.
Kita pasti tahu lah bagaimana perbedaan aktifitas anatara di kota dan desa itu berbeda. Orang kota akan menganggap hidup di desa itu enak, begitu juga sebaliknya apa yang orang desa bilang akan menganggap hidup di kota itu enak. Begitulah kita pasti akan selalu mengkritik apa yang ada di sekeliling kita.
Saya tidak akan bicara panjang lebar, hanya sedikit cuplikan saja apa yang saya tulis di sini. Karena saya terlahir di desa yang kecil dan merantau di kota yang besar ini. Jadi sedikit mungkin saya tahu bagaimana rasa perbedaan yang saya alami di hidup ini. Hidup itu memang sawang-sinawang, itulah kata orang jawa bilang.
Sebagai masyarakat yang hidup di Desa, pasti tidak asing dengan apa yang namanaya sawah. Dan saya yakin kalian juga tahu apa itu sawah. Dan apa yang kalian pikirkan di sawah. Para petani rata-rata hidup didesa mereka membanting tulang untuk hidupnya dengan cara pergi ke sawah mengelola tanah untuk di tanami.
Kalian berikir apa tidak para petani itu kepanasan di sawah yang mereka olah demi menghasilkan beras yang super untuk kebutuhan makan kita semua. Mungkinkah kalian berikir untuk seperti para petani yang menjalani panasnya matahari pagi, atau berifikir sebaliknya untuk takut pada panas. Coba terkadang lihatlah dunia nyata para petani itu sob. Jangan lihat di dunia FTV ya jelas beda jauh lah, itu kan hanya settingan.
Tapi mungkin kita juga harus melihat dari sisi pandang lain. Di desa itu juga enak, pemandangan yang alami, udara yang bersih bebas dari polusi pabrik serta keindahan yang alami. Itu semua mungkin akan kalian dapatkan di Desa. Ya itu pasti, karena di Desa itu pasti masih alami dan natural. Kalian perlu mencoba untuk berlibur ke Desa jika punya waktu luang. Nikmati dan rasakan bawa tubuh kalian hanyut dalam keindahan alam yang natural.
Setelah sedikit saya bercerita tentang bagaimana salah satu aktifitas di desa, kini giliran saya untuk mengulas sedikit aktifitas di Kota. Apa yang pertama kali kalian pikirkan di Kota? Ya, pasti macet. Dan itu memang benar di kota itu macet, macet banget apalagi jika di waktu jam kerja. Kalian akan mengalami pusing yang sangat menjenuhkan.
Tapi kalian juga perlu berfikir bahwa hampir 80% lapangan pekerjaan itu ada di Kota. Kenapa? Karena orang akan membuka lapangan perkerjaan di tempat yang ramai dan strategis. Dengan begitu mereka akan mendapatkan apa yang mereka cari, yaitu pelanngan. Bagi sebagian orang hidup di kota itu menyenangkan, karena mereka menyukai keramaian. Tapi tidak sedikit yang benci dengan keadaan itu, dan mereka memilih untuk di desa.
Saya teringat akan suatu ceramah dari suatu Kyai Ulama yang saya kagumi. Dia pernah berceramah tentang filsaah hidup. Dan saya akan menceritakan sedikit apa yang saya ingat ceramah itu.
Suatu hari sepasang suami istri yang terlihat bahagia sedang berada di sawah mengolah tanamannya. Tapi tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya. "Bu, ayo kita pulang saja." bujuk Pak Tani. "Iyah Pak, hujannya semakin lebat." Mereka berdua akhirnya pulang menuju rumah dengan jalan kaki, karena mereka tidak punya kendaraan. Hujan semakin lebat dan mereka tidak membawa payung. Di ambilan sebotong daun pisang oleh Pak Tani untuk mereka gunakan menompang air hujan yang mengguyur mereka.
Tiba-tiba lewat lah Pak Budi yang membawa sepedanya untuk pulang karena kehujanan. "Pak, ayo bareng saya hujan makin lebat ini, tidak apa-apa kog." tawar Pak Budi. "Makasih Pak Budi, saya jalan kaki saja dengan istri saya." jawab Pak Budi. "Kalau begitu, Saya duluan ya Pak." balas Pak Budi. "Iya Pak, mangga". "Nanti kalau sudah panen kita beli sepeda ya Bu, biar bisa cepat sampai rumah." kata Pak Tani ke Istrinya. "Iya Pak".
Hujan semakin deras, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke rumah. Tiba-tiba lewatah Pak Tono dengan mobi pickupnya. "Pak Tani, ayo ikut saya di beakan kosong kog biar cepat sampai rumah." tawar Pak Tono. "Makasih Pak Tono, saya jaan kaki saja dengan istri saya." jawab Pak Tani dengan nada yang sama. "Beneran Pak, Saya duluan ya kalau begitu." kata Pak Tono. "Mangga Pak".
Pak Tanipun melanjutkan perjalannya yang masih separuh jalan. Tapi tiba-tiba terdengar suara sirine dari belakang. "Bu, kita minggir sebentar Bu, kelihatannya ada orang penting yang akan lewat." ajak Pak Tani. "Iya Pak, ayo kita minggir Pak. Biar mereka lewat dulu." jawab Bu Tani.
Mereka berdua akhirnya menepi sejenak ke tepi jalan memberi jalan kendaraan bersirine itu lewat. Dan akhirnya lewatlah segerombolan mobil dengan pengawal-pengawal yang sangat banyak itu lewat. Apa yang kalian pikirkan? Yang lewat tersebut adalah menteri yang hendak pulang ke kantornya. Pak Tanipun hanya diam dengan tetap berpayungan daun pisang dengan istrinya di tepi jalan.
Apa yang selanjutnya terjadi! Berkataah Pak Menteri yang duduk di dalam mobil dengan pengawalannya. Pak Menteri itu berkata dalam hati, "Sungguh mesra sekali hidup Pak Tani dengan BU Tani itu, sungguh saya iri dengan kemesraan mereka. Dimana hujan lebat seperti ini, tetapi mereka tetap menjalani bersama dengan penuh senyuman"
--- End --
Silakan kalian ambil makna dan inti dari cerita tersebut menurut cara pikir dan pandang kalian. Rasakan dan hayati serta maknai hidup ini untuk selalu bersyukur. Maka kalian akan mendapatkan kebahagian yang sesungguhnya.
Thanks.
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.site
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
8 Pasaran Togel Terbaik Bosku
Joker Slot, Sabung Ayam Dan Masih Banyak Lagi Boskuu
BURUAN DAFTAR!
MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
DOMPET DIGITAL OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU
dewa-lotto.site