Nasehat Seorang Sahabat

Pagi yang cerah di hari Senin ini, kulihat suara burung berkicauan di pohon-pohon. Oh, iya perkenalkan namaku aku Andika seorang anak yang tumbuh di sebuah Desa kecil yang penuh dengan kedamaian. "Nyaring sekali suara kicauan burung itu!" gumamku dalam hati sambil memandangi burung berterbangan dari pohon ke pohon.

"Wer, wer, wer." suara motor mendekat ke arahku dan menyapa. "Hei, Ndik! ikut aku yuk!" sapanya. Dia adalah Anto temanku yang seumuran denganku. "Mau kemana?" balasku. "Udah ikut aja pokoknya, kita senang-senang." Sejenak kuberfikir untuk mengiyakan atau tidak. Tak lama kemudian di tepuklah pundakku, "Hei, jangan banyak mikir! Ayo tinggal ikut ajah ribet amat." "Tapi..." sahutku. "Gak usah banya omong, pokoknya semua aku yang tanggung." omongnya dengan santai seperti tidak ada beban.

Lain dengan halnya aku yang selalu merasa memikirkan beban masalah. Yah masalah inilah masalah itu dan masalah lainnya. Pokoknya sekecil apapun masalah kalau sudah terdengar di telingaku akan menjadi besar buat aku. Yah mungkin karena aku orangnya sangat tertutup bahkan mungkin sangat menutup diri untuk hanya sekedar sharing kepada teman atau saudaraku.

Oh, iya aku belom kasih tau kalau aku punya sifat yang sangat peka banget, sampai-sampai aku mau ngong "a" saja mesti pikir 10 kali untuk terucap. Yah karena itu pula aku jadi sering sungkan bahkan tidak mau merepotkan orang lain termasuk sahabat dan keluargaku. Tapi anehnya aku sering mendesak temanku untuk sharing kepadaku tentang masalahnya. Aneh, yah anehnya aku.

"Ayo, sob kita pergi untuk melupakan kejenuhan pikiran dan beban masalah." katanya kepadaku. "Hah," kataku pelan. "Aku tahu kog kalau kamu itu lagi banyak pikiran yang tidak jelas tapi masih saja kamu pikirin." "Kog kamu bisa tahu kalau aku lagi ada masalah, tahu dari mana kamu?" sahutku. "Kita sudah dewasa sob, bukan anak kecil lagi. Seperti halnya kamu tahu kalau aku punya masalah. Aku pun juga demikian, tahu kalau punya masalah." jelasnya.

"Iya nih aku lagi banyak pikiran, tapi aku tidak tahu yang aku pikikan itu apa, yanh jelas otakku terasa ada beban" kataku kepadanya. "Masalah itu tidak harus selalu kita pikirkan sob." "Lha terus?" desakku. "Adakalanya masalah itu untuk di tinggalkan sejenak, bukan berarti harus dilupakan akan tetapi di buat nyaman dalam pikiran kita." jelasnya sambil menyakinkan aku.
Tak lama kemudian aku duduk di kursi tepat di teras rumahku sambil memejamkan mata. Antopun ikut menyusulku untuk duduk tepat di kursi sebelah tempat aku duduk. Berfikirku dalam hati sambil merenung kata-kata Anto tadi. Dengan santainya Anto menasehatiku dengan kata-katanya.

-----------------------------------

Sahabat Semua, mungkin cerita di atas hanay sekedar cerita Ngawur.
Di sini saya hanya ingin menyampaikan,
Masalah itu tidak harus selalu kita pikirkan, tidak harus selalu kita berfikir masalah-masalah dan masalah.
Masalah itu seperti kita memegang gelas.
Entah di dalam gelas itu ada isinya air atau kosong.
Ketika kita mengangkat gelas kosong dan meletakkannya, mungkin tangan kita yang mengangkat terasa ringan.

Seperti tidak ada beban bukan, ringan.
Akan tetapi coba gelas tersebut kita angat dan diam selama 10 menit lalu kita letakkan gelas tersebut.
Apa yang terjadi?
Tangan kita akan terasa lelah, itu pasti.
Itulah beban masalah.
-----------------------------------
Sama seperti beban masalah dalam hidup ini.
Kita tidak harus selalu memikirkannya dalam pikiran kita.
Akan tetapi adakalanya kita untuk meletakkan beban tersebut.
Cari jalan yang terbaik dan berfikir tenang.
Semoga anda ttermasuk kedalam golongan orang yang jauh dari masalah
"Amin, amin, amin".

NB : Mungkin tulisan ini hanya berupa junk atau apa, yang jelas penulis hanya ingin corat-coret.
Terima kasih sudah membaca tulisan ini.